E.
Fokus Penelitian
Fenomenologi
1.
Textural description: apa yang dialami subjek
penelitian tentang sebuah fenomena.
2.
Structural description: bagaimana subjek mengalami dan
memaknai pengalamannya.
F.
Teknik Pengumpulan Data Fenomenologi
1.
Teknik “utama” pengumpulan data: wawancara mendalam
dengan subjek penelitian.
2.
Kelengkapan data dapat diperdalam dengan : observasi
partisipan, penulusuran dokumen, dan lain-lain.
G. Tahap-Tahap enelitian Fenomenologi
1.
Pra-penelitian
2.
Menetapkan subjek penelitian dan fenomena yang akan
diteliti
3.
Menyusun pertanyaan penelitian pokok penelitian
H. Proses Penelitian Fenomenologi
1.
Melakukan wawancara dengan subjek penelitian
dan merekamnya.
I.
Analisis Data Fenomenologi
1.
Mentranskripsikan rekaman hasil wawancara ke dalam
tulisan.
2.
Bracketing (epoche): membaca seluruh data (deskripsi)
tanpa prakonsepsi.
3.
Tahap Horizonalization: menginventarisasi
pernyataan-pernyataan penting yang relevan dengan topik.
4.
Tahap Cluster of Meaning: rincian pernyataan penting
itu diformulasikan ke dalam makna, dan dikelompokkan ke dalam tema-tema
tertentu. (Textural description, Structural description)
5.
Tahap deskripsi esensi: mengintegrasikan tema-tema ke
dalam deskripsi naratif.
K. Penutup
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
fenomenologi merupakan suatu metode analisa juga sebagai aliran filsafat, yang
berusaha memahami realitas sebagaimana adanya dalam kemurniannya. Terlepas dari
kelebihan dan kekurangannya, fenomenologi telah memberikan kontribusi yang
berharga bagi dunia ilmu pengetahuan. Ia telah mengatasi krisis metodologi ilmu
pengetahuan, dengan mengembalikan peran subjek yang selama ini dikesampingkan
oleh paradigma positivistik – saintistik.
Fenomenologi berusaha mendekati objek kajiannya secara kritis
serta pengamatan yang cermat, dengan tidak berprasangka oleh konsepsi-konsepsi
manapun sebelumnya. Oleh karena itu, oleh kaum fenomenolog, fenomenologi
dipandang sebagai rigorous science (ilmu yang ketat). Hal ini tampaknya sejalan
dengan ‘prinsip’ ilmu pengetahuan, sebagaimana dinyatakan J.B Connant, yang
dikutip oleh Moh. Muslih, bahwa: “The
scientific way of thinking requires the habit of facing reality quite
unprejudiced by and any earlier conceptions. Accurate observation and dependence
upon experiments are guiding principles.”
Daftar Pustaka
Anton Bakker, Metode-Metode Filsafat, Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1984
Bertens,
K, Filsafat Barat Dalam Abad XX,
Jakarta: PT Gramedia, 1981
Clive
Erricker, “Pendekatan Fenomenologis”
dalam Peter Connolly (ed.), Aneka Pendekatan Studi Agama terj. Imam
Khoiri Yogyakarta: LkiS, 2009
Jacques
Waardenburg, Classical Approach to the Study of Religion Paris, Mouton:
The Hague, 1973
James B.
Connant, Modern Science and Modern Man, Garden City: Doubleday Co., 1954
Harry Hammersma, Tokoh-Tokoh Filsafat, Jakarta: PT.
Gramedia, 1983
Magestari,
Noerhadi, Tradisi Baru Penelitian Agama Islam, Bandung: Pusjarlit, Cet. I, 1998
Moleong,
Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. IX, 1998
Paul
Edward (ed), The Encyclopaedia of
Philosophy, Vol. 5, New York: MacMilan Publishing Co., Inc and Free Press,
1972
Praja,
Juhaya S, Aliran-Aliran Filsafat dan
Etika; Suatu Pengantar, Bandung: Yayasan Piara, 1997
Harun Hadiwijoyo, Sari Sejarah Filsafat Barat 2,
Yogyakarta: Kanisius, 1992
Rev. Emeka
C. Ekeke & Chike Ekeopara, “Phenomenological
Approach to The Study of Religion A Historical Perspective,” European
Journal of Scientific Research, Vol. 44, No. 2, 2010
http://www.infoskripsi.com/Theory/Pendekatan-Fenomenologis-Bagian-I.html
Post a Comment